Media dalam Perspektif Ekonomi dan Politik
Nama: Prisilia Dila Paradiba
Kelas: E3/ Semester 5
NIM: B05218029
Mata Kuliah: Media dan Kritik Sosial
Media dalam Perspektif Ekonomi dan Politik
Media dalam Perspektif Ekonomi
Dalam konteks ekonomi, media adalah
institusi bisnis atau intstitusi ekonomi yang memproduksi dan menyebarkan
informasi, pengetahuan, pendidikan, dan hiburan kepada konsumen yang menjadi
target. Yang termasuk media, antara lain televisi, radio, surat kabar, majalah,
tabloid, buku, iklan, public relations, film, serta rekaman. Dalam konteks
ekonomi media, televisi, radio, surat kabar, dan media lainnya tentu harus
dipandang sebagai industri atau institusi bisnis.
Herman dan Chomsky dalam Usman Ks
(2009:6), menyebut media massa sebagai mesin atau pabrik penghasil berita (news
manufacture) yang sangat efektif dan mendatangkan keuntungan besar dari sisi
ekonomi. Banyak pengusaha besar yang menanamkan modalnya dalam bisnis media
massa. Para pengusaha yang terjun ke industri media tentu berharap modal yang
sudah mereka tanamkan bisa kembali, bahkan menghasilkan keuntungan. Terjunnya
pengusaha besar dalam industri besar dalam industri media memunculkan fenomena
konglomerasi media.
Perkembangan media massa modern
menempatkan media tidak lagi dipahami dalam konteks sebagai institusi sosial dan politik belaka melainkan
juga harus dilihat dalam konteks institusi ekonomi. Fakta menunjukkan bahwa
media telah tumbuh bukan saja sebagai alat sosial, politik dan budaya tapi juga
sebagai perusahaan yang menekankan keuntungan ekonomi. Institusi media harus
dinilai sebagai dari system ekonomi yang juga bertalian erat dengan system
politik. Inilah yang dimaksudkan bahwa media mempunyai dwi karakter yang tak
terpisahkan: karakter sosial-budaya-politik dan karakter ekonomi. Faktor
ekonomi rupanya menjadi faktor penentu dalam mempengaruhi seluruh perilaku media
massa modern. Faktor pasar bebas dalam seluruh proses komunikasi massa
memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam membentuk faktor persaingan dan
tuntutan ekonomi menjadi pertimbangan bagaimana media massa kontemporer
dibentuk dan dikelola.
Kita tidak bisa memahami industry
media tanpa memahami kekuatan yang mempengaruhi media terlebih dahulu.
Bagian-bagian dari sebuah institusi media tidak pernah bekerja di luar konteks
social yang luas, termasuk konteks ekonomi. Ekonomi media mempelajari bagaimana
industry media memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk memproduksi konten
dan mendistribusikannya kepada khalayak dengan tujuan memenuhi beragam
permintaan dan kebutuhan akan informasi dan hiburan.
Media massa selain menjadi
representasi ruang public yang penuh dengan dinamika social, politik dan budaya
juga menjadi kekuatan ekonomi yang mampu menghasilkan surplus. Media menjadi
medium iklan utama dan karenanya menjadi penghubung dan konsumsi, antara
produsen barang dan jasa dengan masyarakat.
Media dalam Perspektif Politik
Transformasi politik menjadi bagian
dari kontribusi media. Kini media memiliki kontribusi besar dalam membangun
pemahaman masyarakat hingga perilaku politiknya. Dalam merespons perubahan
politik pasca Orde Baru, sebagian pekerja media menghadapi realitas politik
yang penuh dinamika. Kondisi demikian melahirkan perubahan perilaku politik di
kalangan masyarakat. Salah satu faktor determinan adalah publikasi media yang
memberitakan transformasi politik dan pers memiliki kebebasan berekspresi
sehingga dalam pemberitaannya cenderung independen. Hal inilah yang melatari
terjadinya perubahan perilaku politik masyarakat di sejumlah daerah di
Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari contoh kasus dimana Kampanye politik
tersebut tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh media massa, baik media cetak
maupun elektronik.
Nimmo secara detil membagi
komunikator politik ke dalam tiga kelompok, yaitu politikus, profesional, dan
aktivis. Politikus sebagai komunikator politik dalam pelaksanaannya terkadang
bertindak sebagai wakil partisan dan terkadang pula bertindak sebagai ideolog.
sebagai wakil partisipan, komunikator politik mewakili kelompok tertentu dalam
tawar-menawar dan mencari kompromi pada masalahmasalah politik. Mereka
bertindak dengan tujuan mempengaruhi opini orang lain, mengejar perubahan atau
mencegah perubahan opini. Mereka adalah makelar yang membujuk orang lain agar
ikut dan setuju dengan ide yang ditawarkannya.
Sementara itu, media kini mengubah
kehidupan masyarakat sehingga membentuk hiper realitas yang menjadi bagian
fungsional dalam berbagai struktur masyarakat, terutama hadirnya televisi dan
internet yang mengambil alih fungsi sosial manusia. Karenaya perlu dipahami
bahwa media perlu dikontrol untuk memberikan pendidikan politik, berupa
membangun kesadaran masyarakat melalui saluran informasi media. Dengan demikian
jelas bahwa media memiliki peran penting dalam sirkulasi pesan-pesan politik
kepada masyarakat. Melalui media, seorang politisi dapat membangun pencitraan
dirinya sehingga memiliki tingkat keterpilihan tinggi.
Media dalam Perspektif Ekonomi dan Politik
Media selalu dihubungkan dengan
struktur kekuatan politik dan ekonomi yang kuat. Nyatanya media yang memiliki
nilai ekonomi adalah objek kompetisi bagi kontrol dan akses. Selain itu, mereka
tunduk kepada peraturan politik, ekonomi dan hukum. Media massa juga secara
umum dipandang sebagai instrumen efektif bagi kekuasaan dengan kapasitas
potensial untuk membawa pengaruh dengan berbagai cara.
Kesamaan utama antara politik,
ekonomi dan media ada pada hubungannya dengan orang banyak. Ketiga ranah
tersebut membutuhkan dan dibutuhkan oleh masyarakat, yang anonim, dalam
melakukan operasi-operasi rutinnya. Politik berurusan dengan ideologi, dan
topik ideologi tentu saja menyangkut kehidupan sosial rakyat. Ekonomi
berhubungan dengan produksi, modal (capital), distribusi dan keuntungan.
Sementara media adalah jembatan antara topik atau tema yang diangkat dengan
khalayak (masyarakat/rakyat) yang tersebar.
Secara teoritis, ketiganya bisa
berjalan dengan harmoni. Media massa bisa memediasi kegiatan ekonomi yang
terkait dengan produksi dan distribusi content media yang dibutuhkan khalayak.
Media juga bisa memediasi kegiatan politik dari para politisi kepada
masyarakat. Dan sebaliknya, media juga bisa memediasi opini, tuntutan, atau
reaksi masyarakat kepada para politisi. Media massa adalah ruang lalu lintas
bagi segala macam ide-ide yang menyangkut kepentingan orang banyak.
Dalam menghadapi dunia ekonomi dan
politik, media massa tak jarang menemui kesulitan-kesulitan tersendiri. Di satu
sisi, media massa dituntut untuk melaksanakan fungsinya agar pembaca, pemirsa,
atau pendengar kian memiliki sikap kritis, kemandirian, dan kedalaman berpikir.
Namun di sisi lain, pragmatisme ekonomi memaksa media mengadopsi logika politik
praktis yang terpatri pada spektakuler, sensasional, superfisial, dan
manipulatif. Oleh karena itu, pemahaman terhadap kajian politik ekonomi media
mengacu pada apa yang disebutkan oleh Vincent Mosco (1996:26), bahwa; political
economy is the study of control and survival in social life. Political
economy berkaitan dengan kepemilikan media, produksi, konsumsi dan distribusi media,
kontrol-kekuasaan, relasi dengan penguasa, pengusaha, pandangan kristis
terhadap media dan hubungannya dengan rekonstruksi peradaban manusia.
Industri media telah tumbuh dengan
kecepatan yang luar biasa, tetapi tidak semuanya dapat bertahan. Dalam industri
media, kelangsungan hidup ditentukan oleh konteks ekonomi politik. Hal ini
merefleksikan trend global, yakni hanya sejumlah kecil perusahaan media yang
benar-benar memiliki dan mengontrol perkembangan industri media (termasuk dalam
hal akses terhadap media) dan memiliki kekuasaan atas distribusi konten ke
belahan dunia lain (Gabel dan Bruner, 2003).
Lebih lanjut, Saverin dan Tankard
mengatakan fenomena tersebut bukanlah semata-mata fenomena bisnis melainkan
fenomena ekonomi politik yang melibatkan kekuasaan. Kepemilikan media, bukan
hanya berurusan dengan persoalan produk, tetapi berkaitan juga dengan bagaimana
lanskap sosial, citraan, berita, pesan, dan kata-kata kontrol dan di
sosialisasikan kepada layak ramai ataupun publik (masyarakat).
Dalam melakukan kajian terhadap
media massa sebagai industri, kita dapat melakukan kajian berdasarkan teori
ekonomi politik media. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Garnham,
institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga
bertalian erat dengan sistem politik. Kualitas pengetahuan tentang masyarakat
yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, sebagian besar dapat ditentukan
oleh nilai tukar pelbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan
pesan, dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi para pemilik dan penentu
kebijakan (dalam McQuail, 1991:63).
Pola Hubungan Ideal Antara Media Dengan Politik Dan Ekonomi
Pola hubungan yang demokratis antara
media dengan politik dan ekonomi adalah pola yang paling sesuai. Tentu saja
tanpa mengabaikan perkembangan sistem politik dan ekonomi yang semakin kuat
dipengaruhi oleh iklim globalisasi dewasa ini. Pola hubungan itu tentu saja
akan dipengaruhi oleh sistem politik yang dianut oleh negara di mana media
massa menjalankan aktivitasnya. Sistem ekonomi dan media massa, sebagai bagian
dari sistem politik pasti akan tergantung dan dipengaruhi oleh sistem politik
tersebut. Jika sistem politiknya demokratis, maka sistem ekonomi dan media
massa akan include di dalam sistem yang demokratis itu. Politik tetap menjadi
panglima. Politik dan aktivitasnya mempengaruhi atau akan memberikan dampak
pada banyak aspek dari institusi media, mengenai hal-hal seperti; kepemilikan,
organisasi, modal, proses seleksi dan hakekat content media.
Demikian juga dengan sistem ekonomi,
juga dipengaruhi oleh kebijakan sistem politik; proses produksi, aliran
investasi modal, distribusi, keterbukaan pasar, kebutuhan konsumen dan
sebagainya, semuanya tergantung pada sistem politik. Oleh karena itu, pola
hubungan yang demokratis antara media dengan politik dan ekonomi menjadi sesuai
untuk diterapkan sebagai bagian dari sistem politik (yang harapannya)
demokratis. Lalu seperti apa pola hubungan yang demokratis di antara ketiganya?
Sederhananya, terjadi keseimbangan dalam jalinan pola hubungan antara
ketiganya. Ada check and balancing; bahwa ada kebebasan yang mengandung suatu
tanggungjawab sosial, politik dan ekonomi yang sebagai landasan kebijaksanaan
dalam aktivitas operasionalnya.
Daftar Pustaka:
Alfani, Hendra. 2014. PERSPEKTIF KRITIS EKONOMI POLITIK MEDIA:
Konglomerasi, Regulasi Dan Ideologi.
Avant Garde, Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 2 (2): Hal. 10-26
Inayah, Sitti Syahar. 2015. ASPEK EKONOMI, POLITIK, DAN KULTURAL
MEDIA MASSA. Lentera, Vol. IXX, (2): Hal. 119-127
Poti, Jamhur. 2019. EKONOMI POLITIK, MEDIA DAN RUANG PUBLIK. Jurnal
SEMIOTIKA Vol.13 (No. 2 ): Hal. 200 - 206.
Syobah, Nurul. 2012. PERAN MEDIA MASSA DALAM KOMUNIKASI POLITIK.
Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan Vol: XV (1): Hal. 13-24
Komentar
Posting Komentar